Seperti ketika kita memandang awan dari bumi, ia akan tampak satu lapis gugus awan. Tapi ketika kita naik pesawat, kita akan menemukan bahwa awan itu ternyata adalah gugus berlapis. Kemampuan untuk memikirkan pikiran, baik pikiran kita sendiri atau pikiran orang, akan memberi kita kelezatan yang luar biasa. Bayangkanlah anda memandang sesosok tubuh dengan pakaian lengkap. Tapi sorot mata anda mampu menembus kedalam tubuhya dan menyaksikan semua yang ada disana. Seperti isi bagasi yang terlihat jelas dalam X-Ray. Itu kelezatan; karena pengetahuan ini memberi kita kesadaran yang berbeda.
Dan kelezatan itulah yang kita rasakan dalam cinta misi. Ini sedikit berbeda dengan kelezatan ruhani. Kelezatan ruhani bersifat vertikal dan terkait dengan perasaan diterima di sisi Allah serta janji surga di akhirat. Sedang kelezatan akal batin bersifat horizontal dan terkait dengan kesadaran serta pemahaman yang mendalam tentang dunia batin anak manusia, tentang pergolakan jiwanya dalam mewadahi pertarungan antara sisi baik dan sisi buruknya, tentang peristiwa menang kalah dalam pertarungan itu. Memahami itu semua ibarat menyerap air kehidupan melalui pori-pori akal kita. Kelezatan akal batin terkait dengan perasaan kebermaknaan... perasaan bahwa kita menyelamatkan orang lain... perasaan bahwa sebagai peserta kehidupan di alam raya kita telah ikut berpartisipasi menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik... perasaan bahwa kita bermanfaat bagi orang banyak... perasaan bahwa dilaut kehidupan yang luas ini kita telah ikut menyumbangkan beberapa tetes air...
Kesadaran itu menyatukan diri kita dengan orang lain di sekililing kita dan dengan alam yang mengitari kita. Sebab cinta misi lahir untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi manusia. Sebab cinta misi tumbuh untuk membuat bumi jadi sepotong surga yang nyaman dihuni. Kita menyatu sebagai manusia: pada asal usul, pada jalan hidup, pada tujuan akhir. Ini kesatuan manusia yang membuat space of human entity kita terbentang begitu luas dijagat raya dan dialam batin.
Perasaan itu mengalirkan kelezatan dalam akal batin kita. Seperti kelezatan raga yang kita rasakan saat kita menghirup udara bersih musim semi. Atau angin sepoi di penghujung senja. Kelezatan akal batin itulah terangkum dalam sabda Sang Rasul: “Bahwa Allah memberi hidayah kepada seorang manusia melalui usahamu adalah lebih baik bagimu dari seluruh dunia ini dan isinya.”